Efrianto menyatakan bahwa, lolosnya Jaelani melalui PKB bisa menjadi fenomena politik baru di Sulawesi Tenggara. Menurutnya, selama ini, caleg yang berhasil masuk ke Senayan cenderung memiliki privilege atau kekuatan materi yang besar.
“Selama ini kan siapa yang punya kekuasaan, potensi dapat suaranya yang besar itu begitu tinggi. Misalnya, punya keluarga pejabat atau mantan pejabat, sudah pasti memiliki basis suara. Atau juga seorang politisi yang berlatar belakang pengusaha. Sudah pasti punya suara banyak,” katanya.
Namun, menurut Efrianto, Jaelani memiliki sisi yang unik. Dia belum pernah memimpin suatu daerah dan hanya memiliki latar belakang sebagai seorang aktivis mahasiswa. Selain itu, Jaelani hampir dikenal dengan pribadi yang jauh dari kata ‘bermateri’.
Perlu diketahui juga, Jaelani memiliki latar belakang sebagai mantan pengurus PB PMII dan merupakan anak seorang guru di Kabupaten Muna.
“Ini unik sekali. Jadi, munculnya Jaelani ini mengubah pandangan politik kita bahwa tidak selamanya yang pernah berkuasa dan memiliki materi yang besar bisa mendulang suara yang banyak,” ujarnya.
Menurutnya, ada banyak indikator sehingga suara Jaelani membeludak di 17 kabupaten dan kota di Sultra.
Editor : Asdar Zuula