JAKARTA, iNewsKendari.id - Seiring dengan mendekati bulan Ramadhan, ada tiga hal penting yang harus dipersiapkan oleh umat muslim di bulan Rajab. Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa para ulama telah memulai persiapan sejak awal bulan Rajab untuk menyambut bulan suci tersebut.
Proses persiapan untuk menyambut Ramadhan bukanlah suatu hal yang dilakukan secara spontan, melainkan membutuhkan waktu persiapan yang cukup lama. Bahkan, beberapa ulama telah memulai doa-doa sejak enam bulan sebelum Ramadhan, memohon agar mereka bisa bertemu dengan bulan suci tersebut.
Proses persiapan untuk menyambut Ramadhan bukanlah suatu hal yang dilakukan secara spontan, melainkan membutuhkan waktu persiapan yang cukup lama. Bahkan, beberapa ulama telah memulai doa-doa sejak enam bulan sebelum Ramadhan, memohon agar mereka bisa bertemu dengan bulan suci tersebut.
Berikut ini adalah tiga hal yang perlu dipersiapkan oleh umat muslim jelang Ramadhan di bulan Rajab, yang dihimpun dari berbagai sumber pada Kamis (16/2/2023).
1. Perbanyak Taubat
Para ulama kita menganjurkan untuk memperbanyak taubat. Sebelum memasuki bulan suci Ramadhan, dianjurkan untuk memperbanyak taubat dan istighfar, semoga kita dapat menjadi lebih baik selama bulan yang penuh berkah tersebut.
Untuk memasuki bulan Ramadhan, kita harus meninggalkan segala kejelekan dan menggantinya dengan kebaikan. Terdapat syarat-syarat taubat yang dijelaskan oleh para ulama, seperti yang dinukil oleh Ibnu Katsir rahimahullah, "Menghindari dosa untuk saat ini. Menyesali dosa yang telah lalu. Bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut di masa depan. Jika dosa yang dilakukan melibatkan hak sesama manusia, maka kita harus menyelesaikan atau mengembalikannya" (Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 14:61).
Taubat nashuha, taubat yang tulus dan murni, adalah bentuk taubat yang diharapkan. Semoga Allah menerima taubat kita sebelum memasuki bulan Ramadhan yang penuh berkah, sehingga kita dapat lebih mudah melaksanakan kebaikan.
Di antara doa untuk memohon ampunan Allah adalah sebagai berikut:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى خَطِيئَتِى وَجَهْلِى وَإِسْرَافِى فِى أَمْرِى وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّى اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى جِدِّى وَهَزْلِى وَخَطَئِى وَعَمْدِى وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِى
“Allahummagh-firlii khothii-atii, wa jahlii, wa isrofii fii amrii, wa maa anta a’lamu bihi minni. Allahummagh-firlii jiddi wa hazlii, wa khotho-i wa ‘amdii, wa kullu dzalika ‘indii”
(Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kejahilanku, sikapku yang melampaui batas dalam urusanku dan segala hal yang Engkau lebih mengetahui hal itu dari diriku. Ya Allah, ampunilah aku, kesalahan yang kuperbuat tatkala serius maupun saat bercanda dan ampunilah pula kesalahanku saat aku tidak sengaja maupun sengaja, ampunilah segala kesalahan yang kulakukan) (HR. Bukhari no. 6398 dan Muslim no. 2719).
2. Banyak memohon kemudahan dari Allah
Sebagai umat muslim, menjalankan ibadah di bulan Ramadhan menjadi momen yang sangat dinantikan. Saat-saat ini dianggap sebagai kesempatan berharga untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT melalui berbagai bentuk ibadah, seperti shalat malam, ibadah puasa, berderma, mengkhatamkan atau mengulang hafalan Qur'an, serta kebaikan lainnya.
Do’a yang bisa kita panjatkan untuk memohon kemudahan dari Allah adalah sebagai berikut.
اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً
“Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa”
Artinya: Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah.
(Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya 3:255. Dikeluarkan pula oleh Ibnu Abi ‘Umar, Ibnus Suni dalam ‘Amal Yaum wal Lailah).
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ
“Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot wa tarkal munkaroot.”
(Ya Allah, aku memohon pada-Mu agar mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran). (HR. Tirmidzi no. 3233, shahih menurut Syaikh Al Albani).
3. Bekal Ilmu
Bekal yang baik sangat penting agar ibadah kita menjadi bermanfaat dan tidak hanya dilakukan secara asal-asalan. Seperti yang pernah dikatakan oleh Umar bin Abdul Aziz
مَنْ عَبَدَ اللهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ
“Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka dia akan membuat banyak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.” (Al Amru bil Ma’ruf, hal. 15).
Perlu diingat bahwa syarat diterimanya ibadah tidak hanya berdasarkan keikhlasan semata. Ibadah hanya akan diterima jika dilakukan sesuai dengan tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang memiliki dasar dalil. Namun, seringkali masyarakat kita melakukan ibadah tanpa memperhatikan tuntunan yang benar, hanya sekadar mengikuti tanpa memperdulikan keabsahan dari ibadah tersebut, hanya karena mereka menganggap bahwa yang penting adalah keikhlasan. Padahal, ibadah yang dilakukan tanpa dasar dalil dan tuntunan yang benar tidak akan diterima oleh Allah SWT.
Editor : Asdar Zuula