JAKARTA, iNewsKendari.id - Mbah Benu, yang juga dikenal sebagai KH Raden Ibnu Hajar Shaleh Pranolo, adalah pemimpin jemaah Aolia di Kabupaten Gunungkidul, DIY. Namanya mencuat ke permukaan setelah pernyataannya yang viral di media sosial, di mana ia mengatakan 'menelepon Allah SWT' untuk menentukan 1 Syawal 1445 H, yang menandai Hari Raya Idul Fitri 2024 jatuh pada tanggal 5 April.
Mbah Benu bukan hanya pemimpin jemaah Aolia tetapi juga Mursyid atau guru spiritual bagi jemaah Aolia.
Berikut beberapa fakta mengenai sosok Mbah Benu, yang dilansir dari iNews.id, pada Minggu (7/4/2024):
1. Sesepuh di Daerah Panggang Gunungkidul
Sejak 27 Juli 1972, Mbah Benu telah menetap di Giriharjo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul. Ia menjalin hubungan erat dengan masyarakat yang tergabung dalam jemaah Aolia di wilayah tersebut.
Mayoritas anggota jemaah berasal dari Yogyakarta dan Jawa Tengah. Sebagai sesepuh di daerah Panggang, Gunungkidul, Mbah Benu dihormati sebagai Mursyid atau guru spiritual oleh para jemaah Aolia.
Bersama-sama dengan masyarakat setempat, Mbah Benu turut mendirikan Masjid Aolia pada tahun 1984. Masjid ini berdiri megah di sisi persimpangan Giriharjo, Panggang, dengan ornamen klasik yang memberikan kesan telah berdiri sejak abad ke-19, berlokasi di seberang jalan menuju Parangtritis.
2. Kiai Kharismatik Keturunan Darah Biru
Menurut laporan yang tersedia di situs 123dok, Mbah Benu berasal dari garis keturunan biru dari Purworejo. Ia adalah seorang kiai independen yang memiliki karisma dan tidak terlibat dalam politik partai.
Mbah Benu dilahirkan di Pekalongan pada Sabtu Pon, 28 Desember 1942, dan dibesarkan di Solotiang, Maron, Purworejo. Ayahnya, KH Sholeh bin KH Abdul Ghani bin Kiai Yunus, juga merupakan guru ngaji Mbah Benu.
Nama belakang Mbah Benu, yaitu Pranolo, berasal dari nama-nama kakeknya: Raden Gagak Pranolo III, Raden Gagak Pranolo II, dan Raden Gagak Pranolo I, yang dimakamkan di Makam Gede di daerah Cangkrep, Purworejo.
Editor : Asdar Zuula