Refleksi HUT ke-61 Sultra; Ketahanan Pangan, Tambang dan Hutan kita

Segala peristiwa yang tergambar dalam pemberitaan di atas, pangkalnya adalah deforestasi dan degradasi lingkungan yang memperparah laju perubahan iklim secara cepat.
Berbagai dampak perubahan iklim dirasakan nyata oleh masyarakat saat ini. Mulai dari meningkatnya intensitas bencana alam, hingga terganggunya ekosistem dan keseimbangan ekologis yang vital.
Kerusakan lingkungan akibat aktivitas ekstraktif ini nyatanya tidak hanya mengorbankan keselamatan harta dan nyawa manusia, tetapi juga turut mengancam ketersediaan dan ketahanan pangan kita.
Dari berbagai penelitian, maraknya aktivitas pertambangan seringkali membawa konsekuensi berupa alih fungsi lahan produktif pertanian, pencemaran sumber air yang digunakan untuk irigasi dan konsumsi, serta kerusakan ekosistem yang mendukung keanekaragaman hayati sebagai sumber pangan alternatif.
Untuk itu, di tengah tantangan dampak kerusakan lingkungan yang terjadi, harusnya menjadi refleksi bersama dalam mendorong kesadaran dan tindakan nyata memperkuat ketahanan pangan yang berkelanjutan.
Setidaknya, perlunya evaluasi efektivitas kebijakan pembangunan yang ada, terutama yang berkaitan dengan perizinan pertambangan, pengelolaan hutan, dan perlindungan lahan pertanian.
Termasuk pentingnya menyuarakan kebijakan yang lebih tegas dalam mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam setiap aspek pembangunan.
Kolaborasi Semua Pihak
Dalam mewujudkan ketahanan pangan di tengah tantangan kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, diperlukan kolaborasi yang erat antara pemerintah daerah, sektor swasta, organisasi masyarakat sipil, akademisi, dan masyarakat lokal.
Editor : Asdar Zuula