get app
inews
Aa Text
Read Next : Fenomena Baru Politik di Sultra, Jaelani Caleg Muda PKB Raih Kursi DPR RI dengan Suara Fantastis

Politik Kehadiran dan 79 Tahun Indonesia Merdeka

Sabtu, 17 Agustus 2024 | 19:42 WIB
header img
Ketua DPW PKB Sulawesi Tenggara (Sultra), Jaelani. (Foto: Istimewa)

Akan tetapi, perbedaan jangan dijadikan sebagai bahan bakar untuk terus menyulut rasa kebencian. Perbedaan tidak bisa ditempatkan pada ruang yang sempit. Dimensinya harus lebih luas dan dimaknai sebagai bagian dari dinamika kehidupan dalam membangun khazanah pengetahuan.

Perbedaan mutlak untuk dihormati. Sebab secara sadar, karena perbedaan lah, membentuk saya hingga berada di level saat ini. Perbedaan adalah kekayaan yang kita miliki. Membuat dunia menjadi lebih berwarna dan menarik. 

Dengan adanya perbedaan, kita dapat terus belajar tentang sudut pandang, bertumbuh melalui interaksi yang heterogen serta memacu inovasi untuk menciptakan ide baru. Perbedaan ini akan terkelola dengan baik bila politik kehadiran terus dijalankan. Mari menghadirkan cinta.

Makna Kemerdekaan

Berita tentang pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka) Tahun 2024 yang “terpaksa” melepas hijab saat mengikuti pengukuhan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, memantik diskursus publik.

Peristiwa ini jelas akan mempertanyakan kembali makna kemerdekaan itu. Penampilan diseragamkan dengan menomorduakan keyakinan identitas individu. Seragam jelas berbeda dengan beragam. Seragam ibarat benda mati, sedangkan beragam adalah identitas yang hidup bersama pribadi manusianya.

Fenomena ini adalah sekelumit perjalanan bangsa Indonesia sejak 79 tahun lalu berdiri. Ada banyak peristiwa yang menyentuh nurani. Saban hari, media massa mengabarkan adanya warga wafat di saat perutnya kosong. Atau memilih mengakhiri hidup karena alasan ekonomi.

Kejadian ini kontras dengan sumber daya kita yang kaya raya. Bertolak belakang dengan budaya ketimuran kita yang menjunjung tinggi rasa kemanusiaan. Seakan, nilai-nilai Pancasila sebatas slogan semata bagi mereka yang papah. 

Peristiwa di atas mestinya tidak terjadi bila kekuasaan dikelola dengan baik dan berpihak ke mereka yang termarjinalkan. Begitu pula masyarakatnya, tidak tersandera dalam kotak perbedaan akibat momentum lima tahunan.

Pada momentum Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke-79 ini, perlunya merefleksi apa yang terjadi di belakang, serta melihat kembali tatanan sosial di bawah. Hal ini sebagai upaya perbaikan menuju Indonesia yang lebih baik. Mewujudkan kemerdekaan itu nyata adanya. Tidak hanya seremonial belaka melainkan esensi kemerdekaan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali.

Sebab, kemerdekaan adalah salah satu tujuan akhir dari perjuangan yang panjang. Namun, kemerdekaan tidak hanya berhenti karena bebas dari belenggu penjajahan, melainkan terus berproses untuk terus memenuhi hak dasar masyarakat Indonesia.

Semoga di usia kemerdekaan Indonesia yang ke-79 ini, rakyatnya semakin sejahtera, bersatu padu dalam prinsip kemanusiaan. Tatanan sosial tidak terkoyak hanya karena momentum politik semata. Begitu pula kepada para pemimpinnya. Amanah terhadap tanggung jawab, menjadikan tugas sebagai amal jariyah di akhirat kelak.

Dirgahayu Republik Indonesia ke-79

Mari Menghadirkan Cinta

Editor : Asdar Zuula

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut