Viral Video Pernikahan Siswa SMK dan Siswi SMP di NTB, Aktivis: Jangan Tunggu Viral Baru Bertindak

Menurut Ira, solusi tidak hanya datang dari atas. Anak-anak dan remaja perlu dilibatkan dalam gerakan perubahan. Edukasi tentang hak-hak mereka harus ditanamkan sejak dini, agar mereka memiliki kesadaran dan keberanian untuk menolak tekanan sosial yang mendorong mereka menikah terlalu muda.
“Kita butuh lebih banyak ruang aman dan forum ekspresi bagi anak muda. Mereka harus merasa punya kendali atas hidup mereka,” tambahnya.
Penanganan kasus perkawinan anak memerlukan pendekatan lintas sektor: dari pendidikan, hukum, ekonomi, hingga budaya. Pemerintah daerah, tokoh adat, tokoh agama, lembaga swadaya masyarakat, dan media lokal perlu bersinergi untuk mengubah paradigma yang telah lama mengakar.
Di tengah keterbatasan pendanaan, pendampingan yang belum merata, dan resistensi budaya, berbagai program seperti “Stop Perkawinan Anak” yang diluncurkan Pemprov NTB bersama mitra internasional seperti UNICEF masih belum menunjukkan hasil maksimal.
Editor : Asdar Zuula