Kashmir, Konflik Panjang India-Pakistan yang Tak Kunjung Usai

JAKARTA, iNewsKendari.id – Kashmir, wilayah indah di kaki Pegunungan Himalaya ini terus menjadi medan pertempuran yang tak berkesudahan antara dua negara bersenjata nuklir, India dan Pakistan. Lebih dari 70 tahun sejak konflik pertama pecah, api permusuhan belum juga padam.
Konflik Kashmir adalah salah satu yang paling kompleks dan berlarut-larut dalam sejarah modern. Dimulai pada tahun 1947 ketika Inggris membagi India menjadi dua negara, India dan Pakistan, wilayah Jammu dan Kashmir menjadi titik panas karena statusnya yang ambigu mayoritas penduduk Muslim, tetapi diperintah oleh seorang Maharaja Hindu yang memutuskan bergabung dengan India.
Keputusan inilah yang memicu Perang India-Pakistan pertama pada 1947-1948. Mediasi PBB mengkahiri pertama pertama ini dengan gencatan senjata, dan melahirkan Garis Kendali atau Line of Control (LoC) memisahkan Kashmir yang dikusasi India dan Pakistan.
Akar Masalah: Identitas, Kekuasaan, dan Klaim Kepemilikan
Bagi India, Jammu dan Kashmir adalah bagian integral dari negaranya berdasarkan perjanjian akuisisi. Namun bagi Pakistan, wilayah itu adalah milik alami mereka karena komposisi penduduknya yang mayoritas Muslim.
PBB sempat mengusulkan referendum pada 1948, namun hingga kini belum pernah terealisasi. India menolak, dengan alasan kondisi keamanan yang tidak kondusif akibat kekerasan yang terus terjadi.
Sejak 1989, Kashmir menjadi ladang perlawanan rakyat terhadap pemerintahan India, mulai dari demonstrasi sipil hingga gerakan bersenjata.
Tuduhan pelanggaran HAM oleh aparat India membuat luka kian dalam, sementara Pakistan dituding sebagai dalang di balik sejumlah serangan teroris, termasuk serangan di Parlemen India (2001) dan Mumbai (2008), tuduhan yang dibantah Islamabad.
Konflik Bersenjata dan Ancaman Nuklir
Tiga perang besar telah terjadi, ribuan nyawa melayang, dan konflik bersenjata terus berlangsung di sepanjang LoC. Yang mengkhawatirkan, kedua negara adalah kekuatan nuklir. Satu percikan kecil bisa menyulut bencana besar dengan dampak global. Dunia menyaksikan, namun solusi tak kunjung hadir.
Peran Internasional dan Kebuntuan Diplomasi
PBB, Amerika Serikat, Rusia, China, dan aktor-aktor global lain telah mencoba mendamaikan. Namun India bersikeras isu Kashmir adalah urusan internal, sementara Pakistan terus mendorong komunitas internasional untuk campur tangan. Sementara itu, China diam-diam menyimpan kepentingan tersendiri karena sebagian wilayah Kashmir (Aksai Chin) juga disengketakan oleh India-China
Mengapa Konflik Ini Tak Kunjung Usai?
Isu Kashmir telah menjadi alat politik di dalam negeri, digunakan untuk memompa nasionalisme dan mendulang suara pemilu. Media di kedua negara juga kerap memperkeruh suasana dengan narasi yang provokatif.
Dialog formal kerap gagal karena minimnya rasa saling percaya. Perubahan sepihak India pada 2019 mencabut status otonomi khusus Kashmir, hanya menambah minyak ke dalam api.
Harapan yang Tak Pernah Padam
Meskipun jalannya panjang dan berliku, harapan perdamaian tetap menyala. Mulai dari Simla Agreement (1972), Lahore Declaration (1999), hingga diplomasi jalur kedua yang melibatkan tokoh masyarakat dan akademisi, berbagai upaya telah ditempuh. Namun sejauh ini, hasilnya masih jauh dari harapan.
Konflik Kashmir bukan sekadar soal perbatasan, ini tentang sejarah, harga diri, dan masa depan jutaan orang. Dunia membutuhkan pemimpin yang berani mengedepankan dialog, mengesampingkan ego politik, dan mengutamakan kemanusiaan.
Selama peluru masih lebih nyaring dari suara rakyat, Kashmir akan tetap menjadi luka menganga di jantung Asia Selatan.
Editor : Asdar Zuula