KONAWE, iNewsKendari.id - Sudah belasan tahun jalan poros Duriasi, Kecamatan Wonggeduku, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), rusak parah.
Warga yang kesal dengan sikap acuh DPRD dan Pemerintah Kabupaten Konawe ini, menanam pohon pisang di tengah jalan rusak, sebagai bentuk protes mereka, Selasa (2/4/2024) pagi.
Jalan rusak ini, merupakan lalu lintas perekonomian masyarakat yang menghubungkan beberapa desa di Kecamatan Wonggeduku.
Di Desa Duriasi, juga terdapat kantor pelayanan pemerintah, seperti Puskesmas Wonggeduku, Pasar Rakyat. Bahkan di desa ini, terdapat Stadion Sepak Bola yang diresmikan Presiden ke-2 RI, Soeharto, pada 11 Maret 1996.
Warga Desa Duriasi, Wayan Sukanta mengungkapkan kekesalannya terhadap kondisi ini. Sebab, sudah berapa kali Pemilihan Bupati (Pilbup) hingga Pemilihan Calon Legislatif (Pileg), namun tidak satupun yang mau memperhatikan kondisi jalan tersebut.
"Dari saya masih kuliah tahun 2008 sampai sekarang 2024 saya sudah menikah, jalan poros Duriasi ini dibiarkan begitu saja. Kalau ada momen Pilcaleg dan Pilbub, banyak cari kami warga untuk minta suara. Tapi giliran persoalan kesusahan kami tidak diingat, khususnya ini masalah jalan," ungkap Wayan Sukanta, dengan kesal, Selasa (2/4/2024).
Sudah banyak kecelakaan lalu lintas terjadi di jalan poros tersebut. Parahnya lagi, kata Wayan, jika ada warga yang sakit akan dirujuk, terhambat akibat jalan penuh lubang, diperparah musim hujan seperti saat ini.
"Ini kami mau pertanyakan, kemana semua wakil rakyat yang kami pilih jadi (Anggota) DPRD khususnya Daerah Pemilihan (Dapil) Wonggeduku, untuk menyuarakan aspirasi masyarakat. Kemudian, apakah tidak ada sedikitpun anggaran yang dimiliki Pemda (Konawe) untuk lakukan perbaikan jalan kami ini," kata Wayan.
"Kami harap sebagai masyarakat biasa, tolong wakil kami yang duduk di DPRD Konawe sana dan Pemda khususnya, beri perhatian sedikit terkait kondisi jalan ini. Bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa maju jika petani yang mau mengangkut hasil bumi mereka untuk dijual, tapi jalan ini selalu jadi hambatan," harap Wayan.
Editor : Asdar Zuula