Devon mengungkapkan bahwa dia memulai minggunya dengan menulis kode untuk sebagian besar tugas yang diberikan oleh perusahaan, kemudian mengirimkan pekerjaannya kepada manajernya. Dengan pendekatan ini, dia memiliki sejumlah besar waktu luang untuk sisa minggu tersebut.
Karyawan Generasi Z di Google ini, biasanya bangun sekitar pukul 9 pagi untuk menjalani rutinitas mandi dan sarapan sebelum memulai jam kerjanya sekitar pukul 11 pagi atau tengah hari. Setelah menyelesaikan pekerjaannya di Google, dia kemudian beralih fokus mengerjakan startup-nya hingga pukul 9 atau 10 malam.
Beberapa orang yang paham tentang teknologi mungkin melihat Devon sebagai salah satu dari ribuan pekerja di industri tersebut yang menerima gaji tanpa terlibat secara aktif. Namun, asumsi semacam itu mungkin tidak sepenuhnya salah.
Sembilan puluh tujuh persen dari karyawan Google menggambarkan perusahaan teknologi ini sebagai tempat kerja yang luar biasa. Google memang terkenal dengan berbagai fasilitasnya, termasuk kampus yang unik dengan opsi untuk menjelajahinya menggunakan sepeda, fasilitas pusat kebugaran, pemberian makanan gratis, dan juga tingkat gaji yang tinggi.
Sebelum bergabung sebagai karyawan di Google, Devon sudah menyadari bahwa dia tidak akan perlu bekerja dengan keras di sana. Keyakinan ini didasarkan pada pengalaman magangnya di perusahaan tersebut sebelumnya.
“Jika saya ingin bekerja dalam jam yang panjang, saya akan bekerja di sebuah startup,” kata Devon.
"Sebagian besar orang memilih Google karena keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan serta manfaat yang diberikan. Anda mungkin bisa memilih bekerja di Apple, namun perusahaan tersebut cenderung sangat menarik bagi para insinyur perangkat lunak. Mereka kerap bekerja dalam jadwal yang panjang. Di sisi lain, di Google, mayoritas orang menyadari bahwa apa yang mereka lakukan benar-benar merupakan pekerjaan yang substansial," jelasnya.
Editor : Asdar Zuula
Artikel Terkait